Saturday 28 October 2017

Maju Kena Mundur Purba. Sumber: Kumparan.com
Pemerintah dibuat linglung akan kehadiran transportasi online yang hadir di tengah masyarakat. Pasalnya, dengan munculnya moda transportasi terbaru tersebut, pro dan kontra bermunculan.

Munculnya transportasi online memang menjawab kebutuhan masyarakat akan transportasi yang mudah didapatkan, nyaman, cepan dan murah. Dengan bantuan teknologi terkini, masyarakat menjadi lebih diuntungkan.

Terlebih lagi banyak orang yang mendapatkan pekerjaan sebagai pengemudi online. Mereka bisa memperoleh penghasilan dari situ, sehingga berdampak cukup luas. Pengangguran di Indonesia bisa berkurang. Namun, dengan segala kelebihannya, polemik terjadi para pelaku bisnis transportasi konvensional dengan online.
 
Banyak dari konsumen beralih dari kendaraan umum konvensional ke online.  Bukan tanpa sebab, perbedaan fasilitas yang cukup signifikan, membuat transportasi konvensional kalah saing. Mereka para pengemudi konvensional, mengaku bahwa pendapatannya menurun drastis. 

Seperti dilansir dalam Rappler.com, Suwardi, salah satu supir taksi  Blue Bird, mengatakan bahwa pendapatannya turun drastis dengan adanya ojek online. Dari yang biasanya mendapatkan Rp. 300 ribu per hari, kini hanya Rp. 150 ribu hingga Rp. 200 ribu.

Uang tersebut juga hanya bisa disetor kepada perusahaan, tidak ada komisi untuk dibawa pulang, tuturnya.

Merasa tidak mendapat keadilan, unjuk rasa tak dapat dihindarkan. Pada Hari Senin 14 Maret 2017, Pengemudi konvensional mogok kerja dan demo di depan istana menuntut agar transportasi online diberhentikan. Dalam demo tersebut sempat terjadi kerusuhan. Sebuah mobil Toyota Avanza berwarna hitam dirusak olah para demonstran. Mobil tersebut ternyata pengemudi Grab yang tertangkap basah sedang mengantar penumpang di tengah aksi unjuk rasa.

Akhirnya transportasi berbasis aplikasi mendapatkan pelarangan beroperasi. Tanggal 6 Oktober 2017, Dinas Perhubungan Jawa Barat resmi melarang transportasi online, baik roda dua maupun roda empat, untuk beroperasi. 

Pelarangan itu berdasarkan laporan-laporan dari para pelaku usaha transportasi konvensional yang resah. Dalam kesepakatan bersama itu, Pemda Jawa Barat menyatakan dukungan atas aspirasi Wadah Aliansi Aspirasi Transportasi (WAAT) agar transportasi online tidak beroperasi sebelum diterbitkannya peraturan baru.

Namun, aturan tersebut ternyata mendapatkan protes dari masyarakat. Warga Jawa Barat (Jabar) membuat dan mendukung petisi menolak larangan transportasi online. Petisi ini diajukan menyusul rencana kebijakan Pemprov Jabar yang melarang transportasi online karena desakan dari para sopir Angkot yang mengancam mogok.

Seperti dilansir dalam laman Kumparan.com, sebenarnya petisi ini, petisi lama yang diperbaharui, terlihat dari keterangan di kolom komentar. Petisi ini sudah ada sejak Maret 2017 lalu. Beberapa waktu lalu Pemprov Jabar memang sudah berencana akan melarang transportasi online.

Pemerintah sekarang mendapatkan posisi yang serba salah. Meminjam kata kiasan dan memplesetkan sedikit: “maju kena, mundur purba”. Kemajuan teknologi tranportasi online dianggap salah oleh sebagian pihak. Jika tetap menggunakan kendaraan konvensional dan menolak transportasi berbasis aplikasi, masyarakat seperti “manusia purba”.

Sumber: 
Kompas.com

Monday 9 October 2017

Aku mencintaimu bukan seperti pelangi
Yang hanya datang di kala hujan reda
Dan langsung hilang ketika matahari merekah

Aku mencintaimu juga bukan seperti matahari
Yang hanya datang ketika siang
Dan langsung hilang ketika temaram

Tapi aku mencintaimu seperti makan
Bukan ingin
Tetapi butuh

Depok, 9 Septermber 2017

Tuesday 3 October 2017


Oleh Abdurrahman Naufal

Tak ada surat ketika saya mengecek kotak pos di depan rumah. Hanya butiran debu dan ranting-ranting patah di dalamnya. 
“Manusia tolol! Tidak punya perasaan! Otak biadab!” Amarahnya tiba-tiba meluap saat proses sesi awal wawancara. Matanya merah. Dengus nafasnya tersengal-sengal.  

“Tenang, Mas. Ambil nafas dulu,” kata saya berusaha mengendalikan suasana.  Gelas langsung saya isi dengan air putih, lalu menyuguhkannya kepada lawan bicara di depan. “Apakah bisa kamu ceritakan dari awal ?”

Dengan sigap ia mengambil gelas dihadapannya, meneguk air putih secara perlahan. Nafasnya mulai terdengar teratur.

“Saya akan mulai bercerita dari awal.”

***

Saya mulai bergabung dengan komunitas sahabat pena sekitar awal tahun 2015. Komunitas tersebut dibentuk atas dorongan teman-teman yang mempunyai hobi sama: berkirim surat melalui kotak pos. Memang kegiatan itu sudah ketinggalan zaman. Tapi menulis surat adalah seni tersendiri untuk saya dan teman-teman.

Tinggal di pedalaman Bogor tidak memungkinkan saya untuk mempunyai kawan di luar daerah. Dari sekian banyak, ada dua kawan terdekat. Ada yang di Pontianak. Ada juga yang di Riau. Peraturan di komunitas sahabat pena tidak boleh memperkenalkan nama asli masing-masing. Hanya boleh menyebutkan tempat daerah tinggal. Ya, jadi saya memanggil kedua kawan itu dengan Riau dan Pontianak.

Kami sering bertukar surat setiap minggu. Bertanya kabar masing-masing. Bercanda mengenai kehidupan yang begini-begini saja, tak ada kemajuan. Tapi saya suka obrolan remeh-temeh itu.
Itu hanya berlangsung sampai pertengahan tahun 2015. Selepas dari itu, mereka tidak ada kabar. Riau hanya mengabarkan satu bulan sekali. Sedangkan Pontianak dua bulan sekali. Alasannya sih, sederhana. Mereka sibuk dengan urusan di tempatnya. Aneh. Beralasan sibuk mendadak, tanpa ada sebab-sebab yang jelas.

Tak ada surat ketika saya mengecek kotak pos di depan rumah. Hanya butiran debu dan ranting-ranting patah di dalamnya.

Namun, menuju bulan akhir tahun—Desember—akhirnya kedua teman saya itu mulai mengirim surat lagi. Di luar surat itu terdapat beberapa bercak darah yang menyelimuti. Bulu kuduk leher saya merinding. Apa isi surat ini ?

Saya membaca surat itu perlahan:

Untuk Bogor,

Maaf sudah lama tidak memberi kabar lagi. Tiga bulan belakangan ini aku memang lagi sibuk. Banyak dari sanak keluarga maupun kerabat yang tewas secara mengenaskan. Mereka dibakar hidup-hidup, tanpa ada alasan yang jelas.

Aku sibuk mengafani mereka satu per satu, lalu menguburnya secara serempak. Karena lahan di sini begitu sempit, apa daya, mereka harus dikubur dalam satu tempat.

Tertanda,

Riau

Ada perasaan rindu, sedih, kecewa dan benci bercampur menjadi satu saat membaca surat itu. Air mata mulai menetes di pelupuk. Tak sabar, pembungkus surat yang satu lagi langsung saya robek untuk melihat surat di dalamnya.


Untuk Bogor, 

Mungkin ini adalah surat terakhir dariku. Tidak tahu apakah aku masih hidup lagi setelah menulis surat ini atau tidak. Yang terpenting aku bisa memberi kabar kepada kau. Pasti kau selalu bertanya-bertanya kenapa tidak pernah dikirimi surat olehku lagi ? Dan aku menjawab dengan alasan “sibuk”.

Maaf, aku berbohong. Sebenarnya aku sibuk bertahan konflik di daerahku. Ayah dan ibu jadi korban. Mereka disandera lalu dibunuh dengan kejam.  Disiram minyak tanah, lalu dibakar korek api. Sungguh tidak punya hati yang manusia-manusia itu.

Mahluk yang mengganggap paling cerdas di bumi. Mahluk yang menganggap punya hati nurani. Ternyata semua itu dusta! Mereka tidak lebih hina dari binatang! Semoga mereka bisa dibalas oleh Tuhan. Semoga di daerah kau tidak seperti di daerahku ini.

Tertanda,

Pontianak
 

Sunday 1 October 2017


Saya orang yang hobi makan. Apapun pasti saya makan. Terutama kalau perut melanda kelaparan yang teramat sangat, mungkin kecoa terbang pun akan saya makan dengan lahap dengan lidah menjulur panjang. (Kok kayak iguana, ya ?)

Salah satu makanan favorit saya adalah seblak. Dari dulu memang sudah suka sekali dengan makanan itu. Ketika masih SMA, hampir setiap hari pulang sekolah beli jajanan seblak di depan gerbang. Bahkan karena sering beli jajanan seblak, secara tidak sengaja saya dan abang-abang pedagang bertukar nomor telepon, dan akhirnya kita pacaran sampai sekarang.

Nggak ding, bercanda, hehe.

Apa yang bisa membuat saya jatuh cinta sama seblak ?  Tidak tau kenapa, setiap makan seblak, selalu ada rasa ketagihan. Kalian harus coba! Dari kesukaan makanan khas Bandung itu, rasanya tidak seru seandainya saya tidak bisa masak seblak di rumah.

Setiap abang-abangnya memasak, saya selalu memperhatikan detail bahan-bahan dan cara pembuatannya. Dari situ saya belajar langkah-langkah bagaimana membuat seblak yang baik dan benar.

Kemudian, saya belajar masak di rumah. Hari demi hari rumah menjadi ajang latihan untuk menjadi koki. Akhirnya setelah beberapa percobaan (diiringi beberapa tetangga yang meninggal karena mencicipi) komposisi yang pas berhasil ditemukan! Untuk itu saya ingin berbagi sama kalian yang penasaran dan ingin membuat sendiri di rumah. Inilah resep yang saya buat :

Cara membuat seblak yang enak

Alat :
1.Penggorengan yang lebar
2.Ulekan

Bahan makanan utama :
1. Kerupuk mentah
2. Air dua gelas
3. Mie/Macaroni (tergantung selera)
4. Garam
5. Bumbu penyedap rasa (Royco atau semacamnya)
6. Telor satu buah
7. Minyak

Bahan bumbu cabai :
1. Cabai (sesuai selera, kalau mau pedas cabainya diperbanyak)
2. Bawang putih satu buah
3. Bawang merah satu buah
4. Kencur satu buah
5. Garam secukupnya
6. Gula secukupnya

Cara pembuatan cabai :
1. Pertama-tama cuci sampai bersih semua bahan bumbu cabai (kecuali garam dan gula). Setelah bersih, lalu kupas bagian luar bawang merah, putih, dan kencur. Kemudian campurkan semua bahan bumbu cabai dalam ulekan.
2. Hancurkan hingga rata dengan ulekan semua bahan yang sudah tercampur. Jika sudah, tambahkan garam dan gula secukupnya. Jangan berlebihan maupun kekurangan. Karena Itu bisa merusak cita rasa bumbu cabai.
3. Bumbu cabai sudah siap.

Cara pembuatan seblak :
1. Rebus kerupuk mentah dengan air panas. Aduk supaya kerupuk tersebut merata. Lihat teksturnya sesekali, cukup sampai setengah matang (karena kalau terlalu matang, nantinya akan mudah hancur). Jika sudah, tiriskan.
2. Tuangkan sedikit minyak dalam penggorengan, lalu panaskan. Jika minyak sudah meletup-letup, masukan satu buah telur, dan urak-arik hingga matang secara keseluruhan.  Campurkan garam sedikit dalam telur tersebut.
3.  Kemudian masukan air dua gelas ke dalam penggorengan tersebut hingga agak mendidih. Setelah itu masukan mie/macaroni dan kerupuk yang sudah direbus tadi. Jika tekstur mie sudah setengah matang, masukan bumbu cabai, garam secukupnya, dan penyedap rasa ( jangan terlalu banyak, nanti akan terlalu asin).
4. Aduk hingga semua bumbu merata.
5. Selesai. Seblak siap disajikan dalam piring.

Mudah bukan? Silahkan mencoba! Silahkan komen jika masih ada kekurangan atau ingin menambahkan resep yang saya buat. Ciao!